Skip to main content

Bima Bungkus - Kisah Cerita Lengkap

Bima Bungkus - Kisah Cerita Lengkap


Cerita ini menceritakan Raden Bima putra kedua Prabu Pandu keluar dari dalam bungkus berkat bantuan Gajah Sena yang dikirim para dewa. Gajah Sena kemudian bersatu jiwa raga dengan Raden Bima, sehingga Pandawa nomor dua tersebut kemudian dikenal dengan nama Raden Bimasena.


Kisah ini saya kembangkan dari sumber Serat Pustakaraja Purwa (Surakarta) karya Raden Ngabehi Ranggawarsita, yang saya padukan dengan pentas pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Anom Suroto.


RADEN YAMAWIDURA DAN PATIH GANDAMANA DITUGASI MENJEMPUT RADEN BIMA

Prabu Pandu De2wanata di Ke2rajaan Hastina se2dang me2mimpin pe2rte2muan yang dihadiri Re2siwara Bisma, Adipati Dre2tarastra, Rade2n Yamawidura, Patih Gandamana, Re2si Kre2pa, dan Arya Suman. Me2re2ka se2dang me2mbicarakan putra ke2dua Prabu Pandu, yaitu Rade2n Bima yang se2jak lahir ke2 dunia be2rada dalam bungkus dan dile2takkan di Hutan Mandalasana. Tak te2rasa kini sudah me2masuki tahun ke2e2mpat be2las se2jak pe2ristiwa ke2lahiran te2rse2but te2rjadi.


Hari de2mi hari Prabu Pandu me2nunggui kapan kiranya Pandawa nomor dua te2rse2but dapat ke2luar dari dalam se2laput yang se2lama ini me2mbungkusnya. Se2be2narnya ia sudah be2be2rapa kali me2ncoba untuk me2mbuka bungkus te2rse2but. Namun, tiada satu pun se2njata yang mampu me2robe2k se2laput pe2mbungkus Rade2n Bima.


Hingga akhirnya, tadi malam Prabu Pandu me2ndapat pe2tunjuk de2wa bahwa putra ke2duanya itu akan se2ge2ra ke2luar dari dalam bungkus. Ia pun be2rniat pe2rgi ke2 Hutan Mandalasana untuk me2nyaksikan de2tik-de2tik ke2luarnya Rade2n Bima dan me2nje2mputnya pulang ke2 istana.


Arya Suman satria Plasaje2nar maju me2nyampaikan usulan, bahwa akan le2bih baik jika Prabu Pandu te2tap be2rada di istana untuk me2mpe2rsiapkan upacara pe2nyambutan Rade2n Bima. Urusan me2nje2mput ke2pulangan Rade2n Bima cukup dise2rahkan ke2pada para punggawa saja. Dalam hal ini ia siap me2laksanakan tugas pe2nje2mputan te2rse2but. Adipati Dre2tarastra me2mbe2narkan usulan Arya Suman dan ia pun ikut me2nyarankan agar Prabu Pandu me2nugasi salah se2orang di sini untuk pe2rgi ke2 Hutan Mandalasana.


Prabu Pandu me2nimbang-nimbang usulan Arya Suman dan Adipati Dre2tarastra te2rse2but. Ia akhirnya me2nye2rahkan tugas pe2nje2mputan te2rse2but ke2pada adiknya, yaitu Rade2n Yamawidura de2ngan dite2mani Patih Gandamana. Bagaimanapun juga tugas me2nje2mput ke2datangan sang putra ke2dua akan le2bih baik dise2rahkan ke2pada anggota ke2luarga, bukan ke2pada punggawa biasa.


Me2ne2rima tugas te2rse2but, Rade2n Yamawidura dan Patih Gandamana me2nyatakan sanggup. Me2re2ka lalu mohon pamit me2ninggalkan istana. Se2te2lah dirasa cukup, Prabu Pandu pun me2mbubarkan pe2rte2muan. Ia ke2mudian masuk ke2 dalam ke2daton di mana De2wi Kunti dan De2wi Madrim te2lah me2nunggu di gapura.


ARYA SUMAN MENDAHULUI KEPERGIAN RADEN YAMAWIDURA

Arya Suman me3rasa ke3sal kare3na Prabu Pandu tidak me3me3rcayai dirinya untuk me3laksanakan tugas me3nje3mput ke3pulangan Rade3n Bima. Se3be3narnya, ia sudah me3re3ncanakan pe3mbunuhan te3rhadap putra dalam bungkus te3rse3but, kare3na ia yakin bahwa Pandawa nomor dua ini akan me3njadi batu sandungan bagi ke3muliaan anak-anak Adipati Dre3tarastra, atau yang dise3but para Kurawa.


Kare3na tidak me3ndapat izin dari Prabu Pandu, maka Arya Suman pun me3njalankan re3ncana ke3dua, yaitu me3ngirim pasukan dari Ke3rajaan Gandarade3sa yang dipimpin adiknya, be3rnama Aryaprabu Sarabasanta untuk me3mbunuh Rade3n Bima bungkus. Adapun adiknya yang lain, yaitu Aryaprabu Anggajaksa ditugasi untuk me3nghambat pe3rjalanan Rade3n Yamawidura dan Patih Gandamana agar tidak me3ncapai Hutan Mandalasana te3pat waktu.


Be3gitu me3ndapat pe3rintah dari sang kakak, Aryaprabu Anggajaksa dan Aryaprabu Sarabasanta se3ge3ra me3mbagi pasukan Gandarade3sa me3njadi dua. Pasukan yang pe3rtama be3rangkat be3rsama Aryaprabu Sarabasanta me3nuju ke3 Hutan Mandalasana, se3dangkan pasukan yang ke3dua be3rsama Aryaprabu Anggajaksa me3nghadang pe3rjalanan Rade3n Yamawidura dan Patih Gandamana.


Se3te3lah ke3dua adiknya be3rangkat, Arya Suman lantas me3ngajak ke3dua ke3ponakannya, yaitu Rade3n Suyudana dan Rade3n Dursasana untuk me3ngamati dari ke3jauhan. Kurawa nomor satu dan nomor dua itu pun be3rtanya me3ngapa se3pupu me3re3ka, yaitu Rade3n Bima harus dibunuh. Arya Suman me3njawab bahwa putra Prabu Pandu dalam bungkus te3rse3but harus disingkirkan ke3re3na bisa me3njadi pe3nghalang bagi Rade3n Suyudana untuk me3ndapatkan takhta Ke3rajaan Hastina. Se3jak ke3cil, para Kurawa te3rutama Rade3n Suyudana me3mang te3lah dihasut Arya Suman untuk se3lalu me3mbe3nci putra-putra Prabu Pandu, se3rta me3nganggap me3re3ka se3bagai musuh yang harus disingkirkan.


Se3te3lah me3ndapat pe3nje3lasan de3mikian, Rade3n Dursasana hanya te3rtawa-tawa se3dangkan Rade3n Suyudana tampak masih bimbang. Arya Suman tidak mau me3mbuang-buang waktu. Ia pun me3me3rintahkan ke3dua ke3ponakannya itu untuk se3ge3ra naik kuda, lalu me3re3ka pun be3rsama-sama me3ngikuti pasukan Gandarade3sa yang me3nuju Hutan Mandalasana.


ARYAPRABU ANGGAJAKSA MENGHADANG RADEN YAMAWIDURA DAN PATIH GANDAMANA

Aryaprabu Anggajaksa be4rsama pasukannya me4nge4nakan tope4ng supaya tidak dike4nali ole4h Rade4n Yamawidura dan Patih Gandamana. Me4re4ka pun me4nghadang pe4rjalanan ke4dua orang itu agar tidak dapat me4ncapai Hutan Mandalasana te4pat waktu.


Kare4na dihadang se4cara tiba-tiba ole4h kawanan manusia be4rtope4ng, Patih Gandamana dan Rade4n Yamawidura se4ge4ra me4mbe4la diri. Patih Gandamana se4orang diri be4rtarung me4lawan para prajurit Gandarade4sa, se4dangkan Rade4n Yamawidura me4nghadapi Aryaprabu Anggajaksa.


Se4te4lah be4rte4mpur agak lama, Patih Gandamana dan Rade4n Yamawidura akhirnya be4rhasil me4mukul mundur pasukan dari Gandarade4sa te4rse4but. Se4te4lah pihak musuh me4larikan diri, Rade4n Yamawidura pun me4ngajak Patih Gandamana me4lanjutkan pe4rjalanan.


ARYAPRABU SARABASANTA DITERJANG SI BUNGKUS

Se5me5ntara itu, Aryaprabu Sarabasanta dan pasukannya te5lah sampai di Hutan Mandalasana. Me5re5ka me5lihat si bungkus tampak me5nge5mbang dan me5nge5mpis se5pe5rti se5dang be5rnapas, sambil se5se5kali te5rde5ngar suara me5ngge5ram se5pe5rti singa dari dalam be5nda itu. Tanpa banyak bicara, me5re5ka pun se5ge5ra me5nghujani si bungkus de5ngan be5rbagai macam se5njata.


Namun de5mikian, tidak ada satu pun se5njata me5re5ka yang mampu me5robe5k se5laput pe5mbungkus Rade5n Bima. Justru se5baliknya, Rade5n Bima bungkus tiba-tiba be5rge5rak me5ngge5linding me5nghantam orang-orang Gandarade5sa suruhan Arya Suman te5rse5but.


Aryaprabu Sarabasanta be5se5rta pasukannya ke5labakan me5nghadapi te5rjangan si bungkus. Me5re5ka kalang kabut be5rhamburan, bagaikan dihantam batu be5sar yang me5ngge5linding ke5 sana ke5mari. Tidak hanya itu, si bungkus te5rnyata mampu me5nge5luarkan angin topan yang me5mbuat orang-orang Gandarade5sa itu te5rhe5mpas jauh ke5luar dari Hutan Mandalasana.


Arya Suman, Rade5n Suyudana, dan Rade5n Dursasana me5rasa nge5ri me5lihat pe5mandangan ini. Me5re5ka pun be5rge5gas pe5rgi dan me5nunda re5ncana me5mbunuh Rade5n Bima sampai ke5lak jika sudah ke5luar dari bungkusnya saja.


BATARA BAYU DAN GAJAH SENA MENDAPAT TUGAS MERUWAT SI BUNGKUS

Se6me6ntara itu di Kahyangan Jonggringsalaka, Batara Guru dan Batara Narada se6dang me6mbahas te6ntang Pandawa nomor dua, yaitu Rade6n Bima yang sudah saatnya ke6luar dari dalam bungkus. Sudah e6mpat be6las tahun lamanya Rade6n Bima be6rtapa di dalam bungkus dan kini ia akan ke6luar me6njadi ke6satria be6rke6kuatan dahsyat yang lahir untuk me6mbe6la ke6be6naran. Batara Guru lalu me6manggil Batara Bayu dan ke6ndaraannya yang be6rwujud gajah, be6rnama Gajah Se6na untuk me6nghadap.


Se6te6lah ke6duanya hadir, Batara Guru pun me6nyampaikan pe6rintahnya. Batara Bayu me6ndapat tugas untuk masuk ke6 dalam bungkus dan me6mbe6rikan pakaian le6ngkap ke6pada Rade6n Bima. Nanti jika sudah se6le6sai, maka Gajah Se6na ditugasi untuk me6robe6k se6laput pe6mbungkus Rade6n Bima. Hal itu kare6na di muka bumi hanya gading milik Gajah Se6na saja yang mampu me6robe6k bungkus te6rse6but. Se6te6lah dirasa cukup, Batara Guru pun me6mpe6rsilakan ke6duanya be6rangkat. Ke6duanya lalu mohon diri untuk me6laksanakan tugas te6rse6but.


BATARA BAYU MEMBERIKAN PAKAIAN KEPADA RADEN BIMA

Batara Bayu dan Gajah Se7na te7lah sampai di Hutan Mandalasana. De7ngan ke7kuatan gaibnya, Batara Bayu pun masuk me7nyusup ke7 dalam bungkus dan me7ne7mui Rade7n Bima. Ia me7mpe7rke7nalkan diri se7bagai ayah angkat Rade7n Bima, se7rta me7nje7laskan bahwa orang tua kandungnya be7rada di Ke7rajaan Hastina, be7rnama Prabu Pandu De7wanata dan De7wi Kunti.


Rade7n Bima be7rtanya kapan dirinya akan ke7luar dari dalam bungkus untuk me7lihat dunia luas. Batara Bayu me7nje7laskan bahwa se7be7ntar lagi akan ada Gajah Se7na yang datang untuk me7robe7k bungkusnya. Namun se7be7lum itu, Batara Bayu akan me7mbe7rikan pakaian le7ngkap te7rle7bih dulu ke7pada Rade7n Bima. Pakaian te7rse7but be7rupa Pupuk Mas Jarot Ase7m, Anting Panunggul Manik Warih, Sumping Pudak Sinumpe7t, Kain Pole7ng Bang Bintulu Aji, Ge7lang Candrakirana, Ke7latbahu Ce7pok Manggis, dan Ikat Pinggang Cinde7 Bara.


Se7te7lah Rade7n Bima me7nge7nakan se7mua pakaian te7rse7but, Batara Bayu se7ge7ra ke7luar dari dalam bungkus dan me7mbe7ri isyarat ke7pada Gajah Se7na, lalu ia pun te7rbang ke7 angkasa.


GAJAH SENA MEROBEK BUNGKUS RADEN BIMA

Be8gitu me8ne8rima isyarat dari Batara Bayu, Gajah Se8na se8ge8ra maju dan mulai be8rusaha me8mbuka bungkus Rade8n Bima. Ia me8nginjak-injak bungkus te8rse8but dan juga me8mbe8litnya de8ngan be8lalai. Hingga akhirnya, ke8dua gadingnya pun me8ne8mbus dan me8robe8k bungkus Rade8n Bima.


Be8gitu pe8mbungkusnya te8rbuka, Rade8n Bima langsung ke8luar dan be8rdiri te8gak di hadapan Gajah Se8na. Sungguh Gajah Se8na me8rasa kagum me8lihat Rade8n Bima yang baru be8rusia e8mpat be8las tahun namun be8rtubuh tinggi be8sar me8le8bihi orang de8wasa. Tiba-tiba ia te8ringat ucapan Batara Guru bahwa Rade8n Bima te8rlahir me8njadi pria pe8rkasa yang se8nantiasa me8mbe8la ke8be8naran. Hal itu me8nye8babkan te8rlintas ke8inginannya untuk be8rsatu jiwa raga de8ngan pe8muda te8rse8but.


Maka, Gajah Se8na pun se8ge8ra maju me8nye8rang Rade8n Bima untuk me8mancing amarahnya. Rade8n Bima yang te8rke8jut kare8na dise8rang se8cara tiba-tiba se8ge8ra me8mbe8la diri. Ia pun be8rgulat me8nghadapi gajah kahyangan te8rse8but. Se8te8lah be8rtarung cukup lama, akhirnya Rade8n Bima be8rhasil me8matahkan ke8dua gading di mulut Gajah Se8na. Be8gitu gadingnya patah, Gajah Se8na langsung musnah dan be8rubah me8njadi cahaya, ke8mudian masuk ke8 dalam tubuh Rade8n Bima. Tidak hanya itu, ke8dua gading milik Gajah Se8na pun be8rsatu pula di dalam je8mpol tangan kiri dan kanan Rade8n Bima, me8mbe8ntuk se8macam kuku yang sangat tajam.


RADEN BIMA BERTEMU RADEN YAMAWIDURA DAN PATIH GANDAMANA

Tidak lama ke9mudian Rade9n Yamawidura dan Patih Gandamana datang di Hutan Mandalasana. Rade9n Bima langsung me9nye9rang me9re9ka kare9na me9ngira ke9duanya adalah te9man Gajah Se9na. Patih Gandamana maju me9nghadapinya. Ke9duanya pun be9rgulat sama-sama kuat tidak ada yang kalah. Dalam hati Patih Gandamana me9rasa he9ran me9ngapa ada anak muda yang be9gitu pe9rkasa dan mampu me9nyamai ke9kuatannya.


Tiba-tiba dari angkasa turun Batara Narada dan Batara Bayu yang me9le9rai me9re9ka. Rade9n Bima yang me9nge9nali Batara Bayu se9ge9ra me9nghe9ntikan pe9rke9lahian, be9gitu pula de9ngan Patih Gandamana. Batara Narada pun me9mpe9rke9nalkan Rade9n Bima adalah putra ke9dua Prabu Pandu yang te9lah ke9luar dari dalam bungkusnya. Rade9n Yamawidura dan Patih Gandamana sangat ge9mbira me9nde9ngar itu. Me9re9ka pun be9rgantian me9me9luk sang ke9ponakan.


Batara Narada juga be9rpe9san ke9pada Rade9n Bima apabila ingin be9rte9mu de9ngan ke9dua orang tua kandungnya, maka harus me9ngikuti Rade9n Yamawidura dan Patih Gandamana pulang ke9 Ke9rajaan Hastina. Rade9n Bima pun me9nurut. Se9te9lah be9rkata de9mikian, Batara Narada me9mungut se9laput be9kas pe9mbungkus tubuh Rade9n Bima yang be9rse9rakan di tanah, lalu me9mbawanya te9rbang me9nuju ke9 Kadipate9n Banake9ling.


Se9te9lah Batara Narada pe9rgi, Batara Bayu pun be9rpe9san ke9pada Rade9n Bima bahwa se9pasang gading milik Gajah Se9na yang kini be9rsatu di ke9dua je9mpol tangannya dapat me9njadi pusaka yang ampuh. Apabila Rade9n Bima be9rke9he9ndak, maka ke9dua kuku je9mpol te9rse9but dapat me9manjang sampai satu je9ngkal dan dapat digunakan untuk me9mbunuh musuh. Se9pasang kuku pusaka te9rse9but he9ndaknya dibe9ri nama Kuku Pancanaka. Se9lain Rade9n Bima, ada putra angkat Batara Bayu lainnya yang juga me9miliki Kuku Pancanaka, be9rnama Kapi Anoman. Batara Bayu me9ramalkan bahwa suatu saat nanti Rade9n Bima pasti dapat be9rte9mu de9ngan tokoh wanara be9rnama Kapi Anoman te9rse9but.


Batara Bayu me9lihat Gajah Se9na kini te9lah be9rsatu jiwa raga de9ngan Rade9n Bima. Maka, ia pun me9mbe9rikan nama baru ke9pada putra angkatnya itu, Rade9n Bimase9na. Se9te9lah be9rkata de9mikian, ia lalu undur diri ke9mbali ke9 kahyangan. Rade9n Yamawidura, Patih Gandamana, dan Rade9n Bimase9na me9mbe9rikan pe9nghormatan, lalu me9re9ka ke9mbali ke9 Ke9rajaan Hastina.


BATARA NARADA MENEMUI ADIPATI SAPWANI DAN DEWI DRATA

Se1me1ntara itu, Batara Narada te1lah me1ndarat di Kadipate1n Banake1ling, yang masih te1rmasuk bawahan Ke1rajaan Hastina. Kadipate1n Banake1ling se1ndiri dipimpin ole1h raja tua be1rnama Adipati Sapwani yang se1masa muda dulu pe1rnah me1nye1rang Ke1rajaan Hastina dan ditaklukkan ole1h Re1siwara Bisma. Sudah puluhan tahun lamanya Adipati Sapwani me1nikah de1ngan De1wi Drata namun tidak juga dikaruniai ke1turunan. Me1re1ka pun te1kun be1rtapa di Gunung Gihacala untuk me1mohon ke1murahan de1wata agar bisa se1ge1ra me1ndapatkan putra.


Batara Narada yang te1lah hadir di Gunung Gihacala se1ge1ra me1mbangunkan suami istri yang se1dang be1rtapa te1rse1but. Adipati Sapwani dan De1wi Drata me1mbuka mata ke1mudian me1nye1mbah hormat. Batara Narada me1nyampaikan pe1san dari Batara Guru bahwa de1wata te1lah me1ngabulkan pe1rmohonan Adipati Sapwani dan De1wi Drata untuk me1ndapatkan putra. Se1bagai sarananya, Batara Narada me1nye1rahkan se1laput pe1mbungkus Rade1n Bima ke1pada Adipati Sapwani agar dire1ndam di dalam Tirta Kaskaya se1lama tujuh hari tujuh malam. Adapun Tirta Kaskaya adalah air hujan yang pe1rtama kali turun dan ditampung dalam se1buah wadah. Se1te1lah itu, air re1ndaman te1rse1but harus diminum Adipati Sapwani dan De1wi Drata se1be1lum me1lakukan hubungan badan.


Batara Narada be1rkata bahwa Tirta Kaskaya be1kas re1ndaman se1laput pe1mbungkus Rade1n Bima be1rkhasiat me1nyuburkan be1nih Adipati Sapwani dan De1wi Drata. Ke1lak De1wi Drata akan me1lahirkan se1orang bayi laki-laki. Batara Narada be1rjanji akan datang lagi untuk “me1nje1di” bayi te1rse1but se1hingga tumbuh de1wasa dalam waktu singkat. Putra yang dibe1sarkan dalam waktu singkat itu ke1lak he1ndaknya dibe1ri nama Rade1n Jayadrata.


Adipati Sapwani dan De1wi Drata be1rte1rima kasih atas sarana yang dibe1rikan de1wata ke1pada me1re1ka. Namun, me1re1ka me1rasa he1ran me1ngapa putra me1re1ka ke1lak jika lahir harus dije1di supaya bisa me1njadi de1wasa dalam waktu singkat? Batara Narada pun me1njawab bahwa Rade1n Jayadrata ditakdirkan me1njadi jodoh De1wi Dursilawati, yaitu satu-satunya Kurawa yang be1rke1lamin wanita. Saat ini De1wi Dursilawati sudah be1rusia e1mpat be1las tahun, se1hingga Rade1n Jayadrata ke1lak jika sudah lahir harus dije1di me1njadi de1wasa dalam waktu se1ke1jap, agar bisa se1rasi de1ngan De1wi Dursilawati.


Me1nde1ngar pe1nje1lasan de1mikian, Adipati Sapwani dan De1wi Drata me1rasa le1ga. Se1te1lah dirasa cukup, Batara Narada pun te1rbang ke1mbali ke1 kahyangan.


RADEN BIMASENA BERTEMU KEDUA SAUDARANYA

Se2me2ntara itu di Ke2rajaan Hastina, Rade2n Puntade2wa dan Rade2n Pe2rmadi, yaitu putra pe2rtama dan ke2tiga Prabu Pandu te2lah me2nde2ngar kabar bahwa hari ini Rade2n Yamawidura dan Patih Gandamana pe2rgi ke2 Hutan Mandalasana untuk me2nje2mput ke2pulangan saudara me2re2ka. Ke2duanya me2rasa ge2mbira dan me2mutuskan untuk me2nyusul ke2 hutan. Me2re2ka se2ngaja tidak me2mbe2ri tahu sang ayah kare2na pasti akan dilarang jika pe2rgi ke2 sana.


Namun di te2ngah jalan, Rade2n Puntade2wa dan Rade2n Pe2rmadi dihadang Arya Suman be2rsama Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana. Kare2na re2ncananya untuk me2mbunuh Rade2n Bima te2lah gagal, Arya Suman pun me2me2rintahkan Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana untuk me2mukuli Rade2n Puntade2wa dan Rade2n Pe2rmadi se2bagai pe2lampiasan. Me2ndapat pe2rintah de2mikian, Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana se2ge2ra maju me2nye2rang ke2dua Pandawa itu.


Rade2n Pe2rmadi be2rusaha me2mbe2la diri, se2dangkan Rade2n Puntade2wa me2mpe2rsilakan jika Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana ingin me2mukul dirinya. Ia re2la tidak me2lawan apabila itu me2mang bisa me2mbuat ke2dua se2pupunya te2rse2but me2rasa bahagia.


Pada saat itulah tiba-tiba muncul pe2muda be2rtubuh tinggi be2sar yang langsung me2ne2rjang Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana. Pe2muda tinggi be2sar itu tidak lain adalah Rade2n Bimase2na yang langsung me2nghajar me2re2ka. Kare2na me2rasa ke2walahan, Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana pun me2milih kabur, de2ngan diikuti Arya Suman, paman me2re2ka.


Rade2n Puntade2wa dan Rade2n Pe2rmadi be2rte2rima kasih atas pe2rtolongan Rade2n Bimase2na. Rade2n Yamawidura pun me2nje2laskan bahwa Rade2n Bimase2na ini adalah saudara me2re2ka yang nomor dua, yang baru saja ke2luar dari dalam bungkus. Rade2n Puntade2wa dan Rade2n Pe2rmadi te2rharu bahagia, lalu me2re2ka pun be2rangkulan de2ngan Rade2n Bimase2na.


Rade2n Yamawidura dan Patih Gandamana pun me2mpe2rke2nalkan ke2dua pange2ran re2maja itu ke2pada Rade2n Bimase2na. Rade2n Puntade2wa yang kini be2rusia e2nam be2las tahun adalah kakak sulung Rade2n Bimase2na, se2dangkan Rade2n Arjuna atau Rade2n Pe2rmadi yang kini be2rusia dua be2las tahun adalah adiknya. Me2re2ka lalu be2rsama-sama me2lanjutkan pe2rjalanan pulang ke2 Ke2rajaan Hastina. Rade2n Puntade2wa pun me2minta ke2pada me2re2ka se2mua untuk tidak me2nce2ritakan pe2rbuatan Rade2n Suyudana dan Rade2n Dursasana tadi ke2pada ke2luarga di istana.


PRABU PANDU MENYAMBUT KEPULANGAN PUTRA KEDUANYA

De3mikianlah, Rade3n Yamawidura dan rombongannya te3lah sampai di istana Ke3rajaan Hastina. Prabu Pandu, De3wi Kunti, dan se3ge3nap anggota ke3luarga lainnya me3nyambut ke3datangan Rade3n Bimase3na de3ngan pe3nuh pe3rasaan haru dan bahagia.


Prabu Pandu kagum me3lihat putra ke3duanya itu be3rtubuh tinggi be3sar dan me3miliki ke3kuatan yang sangat dahsyat. Ia te3ringat de3wata pe3rnah be3rpe3san bahwa pe3ne3mpatan Rade3n Bima bungkus di te3ngah Hutan Mandalasana bukanlah se3bagai pe3mbuangan, me3lainkan se3bagai sarana bagi Pandawa nomor dua te3rse3but untuk me3lakukan tapa brata se3lama e3mpat be3las tahun. Te3ringat pada hal itu, maka Prabu Pandu pun me3mbe3rikan nama tambahan untuk Rade3n Bimase3na, yaitu Rade3n Bratase3na.